Jumat, 25 Februari 2011

Dampak Pengembangan Teknologi Terhadap Perilaku Manusia

Dampak Pengembangan Teknologi Terhadap Perilaku Manusia
Salah satu teknologi yang berkembang pesat di Indonesia yaitu mobile phone atau yang sering kita kenal HandPhone. Kehadiran Handphone telah merubah kehidupan manusia. Jarak selama ini dituding menjadi biang keladi kesulitan itu, tidak kuasa lagi menghalangi. Sebagian besar manusia zaman sekarang merasa dirinya sangat tergantung pada Handphone. Menurutnya, kehadiran ponsel sangat membantu kemudahan hidup, komunikasi. Tujuan kemudahan hidup itu pula yang memaksa dirinya memutuskan menggunakan ponsel beberapa tahun silam. Alasannya biar bisa berkomunikasi dengan mudah.
Sebagian besar para remaja mengatakan bahwa tujuan utama menggunakan ponsel adalah, “Sebagai alat komunikasi dan sebagai penyambung silaturahmi, sebagai hiburan, dan tidak menutup kemungkinan sebagai alat tambahan membantu dalam kelancaran berbisnis.”
Tak bisa dipungkiri lagi, bagi mereka yang hidup di perkotaan, di dunia modern yang menuntut segala sesuatunya serba cepat dan mudah, memiliki ponsel seperti sebuah keniscayaan. Celah ini tentu menjadi peluang besar para perusahaan komunikasi untuk merauk keuntungan. Mereka berlomba-lomba mengembangkan teknologi yang telah ada guna melahirkan produk-produk baru yang bakal mengisi pasar. Melalui inovasi-inovasi, mereka memaksa insan-insan perkotaan menambah kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi tentu tidak mungkin mencapai kata sempurna dalam arti sesungguhnya. Oleh karena itu, tidak ada satu teknologi pun yang dikembangkan telah mencapai fase final. Inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan berikutnya tetap mengikuti sebuah pencapaian yang telah ada. Proses pun terus berlanjut, mengikuti hasrat, nafsu, dan kebutuhan manusia.
Satu hal yang tidak dapat dihindari adalah teknologi pasti menghadirkan efek samping yang memengaruhi kehidupan manusia. Sekecil apa pun, teknologi pasti memiliki sifat “memaksa”, membuat manusia menjadi tergantung padanya
Dampak Positif dan Negatif Handphone
Kemajuan teknologi ponsel yang sangat pesat menimbulkan dampak positif dan negative bagi para penggunanya, khususnya para remaja.
Dampak Positif :
1. Mempermudah komunikasi.
2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.
3. Memperluas jaringan persahabatan.
Dampak Negatif :
1. Mengganggu Perkembangan Anak :
Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di hand phone (HP) seperti : kamera, permainan (games) akan mengganggu remaja dalam menerima pelajaran di sekolah/di kampus. Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ujian. Bermain game saat guru/dosen menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi.
2. Efek radiasi
Selain berbagai kontroversi di seputar dampak negatif penggunaannya,. penggunaan HP juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya remaja lebih hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih HP, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang tidak terlalu diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan HP secara permanen.
3. Rawan terhadap tindak kejahatan.

Ingat, remaja dan pelajar merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.
4. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku remaja.

Jika tidak ada kontrol dari orang tua. HP bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur porno dan sebagainya yang sama sekali tidak layak dilihat seorang pelajar.
5. Pemborosan
Dengan mempunyai HP, maka pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau HP hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan yang saja.

.

Kamis, 24 Februari 2011

Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Pandangan hidup juga bisa diimplementasikan sebagai hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman, fakta, dan sikap meyakini sesuatu yang diringkas sebagai pegangan, pedoman, petunjuk, atau arahan.
Pandangan hidup sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Segala perbuatan, sikap, dan aturan –yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, merupakan refleksi dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat hidup sendiri diarti-konkritkan sebagai kecintaan atau kebenaran yang bisa dicapai oleh siapapun. Maka dari itu, pandangan hidup dengan hakikat bisa dicapai oleh siapapun itu, sangat diperlukan oleh tiap manusia. Pandangan hidup tiap orang bisa berbeda bisa juga sama. Dari situ terdapat pengklasifikasian tentang asal dari pandangan hidup tersebut, sebagai berikut:
a.Pandangan hidup berasal dari agama merupakan pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
b.Pandangan hidup ideologi merupakan pandangan hidup yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma negara tersebut.
c.Pandangan hidup hasil renungan merupakan pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Pandangan hidup pada dasarnya memiliki unsur-unsur, yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Kebajikan dalam hal ini, adalah nilai yang menjadi patokan usaha yang harus ditempuh untuk menggapai cita-cita. Usaha adalah hal-hal yang diupayakan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita yang harus dilandasi oleh keyakinan . Keyakinan diukur dengan daya pikir akal, jasmani, dan sikap maupun rasa kepada Tuhan. Hal ini yang mencirikan bahwa unsur-unsur pandangan hidup di atas saling berkaitan. Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative. Suatu ironi memang, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
b. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
c. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
d.Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
e. Sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.

Di sinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.

Sebagai tambahan, apabila pandangan hidup tesebut diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup tersebut akan menjadi ideologi. Dan jika itu berkembang lagi, hingga lingkup kerakyatan atau negara maka disebut ideologi negara.
1. Cita-cita
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.

2. Kebajikan atau Kebaikan
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Dia adalah seorang individu yang utuh, terdiri atas jiwa dan raga. Dia memiliki hati yang pada hakikatnya lagi, memihak pada kebenaran dan selalu mengeluarkan pendapat sendiri tentang pribadinya, perasaannya, cita-citanya, dan hal-hal lainnya. Dari yang dirasakan manusia tersebut, manusia cenderung lebih memihak pada kebaikan untuk dirinya sendiri. Inilah yang membuat sebagian manusia ‘terpilah’ menjadi manusia egois, yang seringkali seperti tidak mengenal kebajikan.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari 3 segi, yaitu :
a. Manusia sebagai pribadi, yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat atau makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, saling membutuhkan, saling menolong, dan saling menghargai anggota masyarakat
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan

Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber dari pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri. Terdapat tiga hal yang menjadi faktor yang mungkin dapat menjadikan seorang individu memiliki sikap tertentu, yaitu:
a.Pembawaan (hereditas) , sesuatu yang diturunkan dari orang tua pada anaknya.
b.Lingkungan, merupakan alam kedua yang melingkupi manusia dan di situ manusia baru akan terdidik dengan sendirinya agar bisa melanjutkan hidup.
c.Pengalaman, merupakan segala sifat dari keadaan-keadaan, baik itu manis ataupun pahit yang dirasakan dan cenderung sering terbesit di pikiran manusia.
3. Usaha atau Perjuangan
Usahaatau perjuangan adalah bentuk kerja keras untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita. Tanpa adanya usaha, hidup manusia tak ada artinya. Manusia diciptakan berakal dan berindra, di mana apa yang dititipkan-Nya harus dipotensialkan sesuai kemampuannya.
4. Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinanatau kepercayaan berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda dalam meraih tujuan atau cita-cita masing-masing. Pandangan hidup ini mau tidak mau akan menjadi pedoman untuk mengantarkan mereka pada tujuan atau cita-cita tersebut. Maka yang sebaiknya dilakukan manusia adalah memikirkan, merancang, atau menentukan langkah- langkah berpandangan hidup yang baik

Rabu, 23 Februari 2011

Manusia dan Harapan

Manusia dan Harapan
Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap – kita harus bertindak.
Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan – demi perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan bertindak – disertai dengan harapan di dalam hati – adalah hal yang membawa hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan – selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen.
Harapan tidak bisa mengganti tindakan. Kerjakan apa yang harus dikerjakan – ada atau tidak ada harapan. Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan harapan itu terwujud.
Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik, dan bayar setiap ongkosnya. Harapan bergantung pada ANDA.
Apa yang Memotivasi Para Bilyuner..? Pernahkah terpikir oleh anda, apa yang memotivasi para bilyuner? Bahkan jauh hari sebelum menjadi bilyuner – kekayaan yang mereka kumpulkan telah mencukupi untuk hidup mereka, anak mereka, cucu mereka, atau bahkan generasi selanjutnya.
Kebanyakan bilyuner adalah pekerja keras. Bangun pagi-pagi – lalu pergi bekerja hingga larut malam. Mereka melakukan itu – tentu bukan lagi karena sekedar mengejar uang. Lalu apa yang mereka kejar? Apakah itu keserakahan? atau kekuasaan? Mungkin. Tetapi secara umum, orang-orang pelit / serakah – jarang beroleh sukses – karena mereka tidak memberi nilai lebih pada orang lain. Kebanyakan bilyuner modern masa kini, tidak menjadi bilyuner karena kikir.
Para bilyuner termotivasi oleh cita-cita mereka. Cita-cita untuk membuat perbedaan, sehingga dunia menjadi berbeda karena mereka ADA. Motivasi ini yang memampukan mereka untuk menjadi bilyuner. Dan karena hal itu pula mereka tetap bisa bekerja keras – sekalipun telah menjadi bilyuner. Apakah anda ingin hidup seperti seorang bilyuner? Mudah sekali. Berhentilah bekerja hanya untuk sekedar hidup – dan buat perbedaan. Sekalipun di hari terburuk
Hidup adalah kemewahan, hidup adalah kegembiraan – sekalipun di hari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini hidup sehingga bisa membuat keputusan, bisa melaksanakannya, dan mampu membuat perbedaan – jauh lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kekecewaan yang mungkin menghadang. Saat dunia gelap – hidup adalah alasan mengapa anda harus menjadi cahaya.
Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang anda temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini adalah hari istimewa – karena anda diperbolehkan masuk ke hari ini. Ada kesempatan untuk tumbuh – dan mencapai cita-cita anda ke segala arah. Bila orang di sekitar anda pencemooh dan pendengki – anda punya kesempatan untuk membuat – bahwa KARENA ANDA – lingkungan anda bisa berubah ke arah lebih baik. Tantangan kesulitan yang ada di depan anda menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu untuk digali.
Hati kecil anda sudah mengerti hal ini. Hidup adalah indah – bila anda menerima hidup sebagai kesempatan. Di mana pun anda, apapun yang anda hadapi, ambil keputusan untuk menikmati keindahan itu setiap hari. Dan saat anda mengambil pilihan ini – dunia di sekeliling anda pun akan menjadi lebih baik

Manusia dan Tanggung Jawab

Manusia dan Tanggung Jawab
Pengertian Tanggung Jawab dan Pengabdian Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Yang juga berarti perwujudan dari kesadaran akan kewajiban. Manusia apada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggunng jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk social, juga merupakan makhluk tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia memenhtaskan sejumlah peranan dalam konteks social, individual ataupun teologis. Menurut sifat dasar manusia adalah makhluk yang bermoral dan makluk social, yang saling membutuhkan. Oleh karena itu dalam hal ini manusia tidak harus bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain-lain, misalnya adalah:
a. Tanggung jawab kepada keluarga Masyrakat kecil ialah keluarga. Maka setiap anggota yang ada dalam keluarga tersebut harus bertanggung jawab atas keluarganya, yang menyangkut nama baik keluarga.
b. Tanggung Jawab pada Masyarakat Manusia merupakakn anggota masyarakat dan tak akan pernah lepas dari yang namanya kemasyarakatan. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatan harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
c. Tanggung Jawab kepada Bangsa dan Negara Manusia juga hidup pada suatu Negara yang mempunyai ukuran yang dibuat oleh Negara.yang juga harus dipertanggumg jawabkan apabila terbukti bersalah.
d. Tanggung Jawab kepada Tuhan. Manusia hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri, penderitaan akibat kelalaian adalah htanggung jawabnya. Meskipun manusia perbuatannya yang saalah dengan segala jalan sesuai kondisi dan kemampuan, namaaun manusia tak dapat lepas dari tanggung jawab diakhirat nanti. Pengabdian sendiri merupakan perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan ikhlas. Timbulnya pengabdian itu hakikatnya ada rasa tanggung jawab.
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar sendiri artinya merasa, tahu atau ingat kepada keadaan sebenarjnya. Jadi kesadaran adalah hati yang telah terbuka atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Kesadaran moral sangat penting untuk diperhatikan orang,karena pelanggaran moraldapapt berakibat merusak nama. Oleh sebab itu kesadaran moral perlu dijaga oleh setiap individu. Hal ini tidak berarti bahwa kesadaran yang lain tidak penting. Semua kesadran penting, karena ketidak sadaran adalah sal;ah satu hal yang dapat menggoncangkan atau sekurang-kurangnya membuat kepincangan dalam hidup. Justru pada umumnyaorang sadar akn perbuatanya, tetapi tidak disadarai, apakah perbuatan itu melanggar norma sopan santun, norma hokum, atau norma moral. Kalau orang itu ingin berbuat, maka berbuat sajalah. Orang berbuat tanpa kesadaran ini amat sedikit jumlahnya. Halite bisa terjadi karena kekeliruan. Tetapi mungkin jugakarena yang berbuat dalam keadaan tidak sadar.karena itu orang tersebut dapat bebas dari hukuman.
Pengorbanan berasal dari kata korban, artinya memberikan secara ikhlas, harta benda, waktu, tenaga pikiran bahkan mungkin nyawa, demi cintanya atau ikatannya dengan suatu atau demi kesetiaan, kebenaran. Disini perbedaan pengabdaian dan pengorbanan tidak sebegitu jelas, karena adanya pengabdian tentu adanya pengorbanan. Pengorbanan sendiri merupakan akibat dari pengabdianyang berupa harta,pikiran perasaandapat bahkan berupa jiwa.yang diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih.

Manusia dan Kegelisahan

Manusia dan Kegelisahan
Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa menyampingkan hal lain, seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang..

Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.

Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.

Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, "Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain." Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, "Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama."

Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:

- Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.

- Kenalilah lingkunganmu.
Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.

- Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.

- Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.

- Kebahagiaan dan materialisme.
Kebahagiaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, "Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain."

- Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, "Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati."

- Bertindaklah bijaksana.
Manusia seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.

- Kerendahan hati.
Kerendahan hati merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.

- Jangan menyia-nyiakan waktu.
Dengan menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.

- Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.

-Balaslah kejahatan dengan kebaikan.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.

- Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. "Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya."

- Menghindari makanan dan minuman yang memabukkan.
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.

- Jangan cemas.
Rahasia kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.

- Tonggak keberhasilan.
Kegagalan merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.

- Akhir yang damai.
Orang seringkali mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan kebahagiaan nan abadi.

Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.

Manusia dan Keadilan

Manusia dan Keadilan

Dalam hidupdan kehidupan, setiap manusia dalam melakukan aktifitasnya pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan – permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.

Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat membuahkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi. Karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Nah… cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.

Keadilan adalah pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki itu “hak dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.

Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki cirri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hokum.

Keadilan itu sendiri memiliki sifat yang bersebrangan dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.

Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.

Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;

1. Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.

2. Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.

3. Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikapadil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun.

4. dan lain sebagainya. Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan.

Manusia dan Penderitaan

Manusia dan Penderitaan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.

Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar
.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.

Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar
.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.

Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).

Penderitaan dan Kenikmatan

Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.

Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:

1. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.

2. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.

Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.

Penderitaan dan Kasihan

Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.

Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran existensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya.

Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia.

Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia (Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih. Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman. Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya sampai akhir kelak.

Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat, mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat mengingat-Nya.

Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita, Allah berfirman:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56)

“Barangsiapa merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah, sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai Allah, maka sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila orang tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).

Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?

“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya, tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).

Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14 abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:

“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”. (Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).

Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).

Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad ke-11).

Manusia dan Keindahan

Manusia dan Keindahan
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainnya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebagainnya. Karena itu Keindahan dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapanpun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.

A. APAKAH KEINDAHAN ITU ?
Sebenarnya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetika”. Menurut asal katanya, dalam bahasa inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful” dalam bahasa perancis “beau”, sedang italia dan spanyol “bello” berasal dari kata latin “bellum”. Akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis “bellum”.
Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu kadang – kadang dicampur adukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni :

1. Keindahan dalam arti luas
2. Keindahan dalam arti estetis murni
3. Keindahan dalam arti terbatasdalam hubungannya dengan penglihatan

Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis juga tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symmetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas - luasnya meliputi:
1. Keindahan seni
2. Keindahan alam
3. Keindahan moral
4. Keindahan intelektual
Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda – benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
B. NILAI ESTETIK
Dalam teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainnya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Masalah sekarang ialah : apakah nilai estetik itu ? dalam bidang filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhagaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of sociology and related sciences diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci sebagai berikut :
The Believed Capacity Of Any Object to Satisfy a Human Desire. The quality of any abject which causes it to be on interest to an individual or a group”. (kemampuan yang dipercaya ada apa sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan).
Menurut kamus itu selanjutnya nilai adalah semata – mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bedanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti kebenarannya.
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrument / contributory), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan, ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Bila ada pemain drama yang berlebih – lebihan, misalnya marah dengan meluap – luap padahal masalahanya kecil, atau karena kehilangan sesuatru yang tidak berharga kemudian menangis meraung – raung, itu berarti tidak indah.
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemorosotan moral, mengenai perubahan nilai – nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya.Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati. Berikut ini akan dicoba menguraikan alasan / motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
1. Tata Nilai Yang Telah Usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai – nilai kemanusiaan misalnya kawin paksa, pingitan, derajat wanita lebih rendah dari derajat laki – laki. Tata nilai semacam ini dipandang sebagai mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat, sehingga dikatakan tidak indah.

2. Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemorosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan – ketentuan hukum agama, dan moral masyarakat. Yang demikian itu dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu indah.
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cara memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi benar akan membuat orang puas karenannya. Atau orang yang berkulit hitam kurang pantas bila memakau baju warna hijau, karena warna itu justru menggelapkan kulitnya.
Pertentangan menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang mengalun itu merupakan pertentangan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut. Karena itu dalam keindahaan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas/ pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (entity). Keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan keterbalikan (contrast). Selanjutnya dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai keselarasan dan keterbalikan dari dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai keselarasan dan keterbalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata – kata.

Manusia dan cinta Kasih

Manusia dan cinta kasih
Ungkapan cinta dan kasih sayang bukan semata-mata ungkapan sederhana akan tetapi mengandung makna yang terstruktur. Dari urutan kata “ cinta dan kasih sayang “ sebenarnya terbalik. Semestinya diucapkan “Sayang, kasih dan cinta”. Alasannya diambil dari kaitannya dengan hubungan pria wanita dalam kepentingan mereka mencari keturunan sehingga mereka sepakat untuk merajut tali cinta hingga jenjang pernikahan. Sesungguhnya cinta adalah tingkatan tertinggi dari rasa sayang dan kasih terhadap sesuatu ataupun orang lain. Contoh jka kita mencintai seseorang, sebelum langkah semakin jauh untuk menikah maka semestinya di awali oleh rasa sayang, kasih dan cinta. Apakah mungkin seseorang sebelum bertemu sudah mencintai seseorang ? Tentu tidak.
Rasa sayang di awali dengan rasa suka dan simpati terhadap seseorang. Rasa suka dan simpati tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah :
1.Insting atau Naluri
Insting dan naluri adalah sifat dasar yang dibekali oleh Tuhan pada setiap mahluk termasuk hewan. Insting dan naluri adalah hal yang bersifat menurun dari generasi ke generasi yang tidak dipelajari. Ia timbul secara spontan tanpa direncanakan dan terkadang tidak masuk akal. Tetapi hal itu ada. Rasa suka karna disebabkan oleh insting dan naluri sulit untuk dijelaskan dengan akal sehat, karna dalam kenyataanya seseorang menurut pandangan kita tidak mungkin suka dengan seseorang. Karna kita sering berada dalam ranah fikir logis. Akan tetapi insting dan naluri terkadang tidak logis. Rasa suka karna insting dan naluri jika proses interaksinya berlanjut maka akan tiba pada ranah sayang. Rasa sayang dapat terjadi sepihak atau mendapat respon dari pihak lain. Jika hubungan “nyambung” maka berlanjut ke tahapan kasih yaitu suatu keadaan saling pengertian dan saling memberi. Akan tetapi terkadang masih ada unsur pamrih. Nah tahapan akhir dari proses tersebut adalah cinta. Dimana seseorang sudah dapat lepas dari unsur pamrih baik memberi atau menerima yang semuanya atas nama cinta. Para pihak yang terlibat dalam proses interaksi tersebut sudah terbebas dari keterbatasan masing-masing pihak. Mereka saling menerima dan saling memberi tanpa paksaan dan iklas. Indikasi yang tampak adalah masing-masing saling ketergantungan dengan rasa tanggungjawab, kemauan pengorbanan yang iklas tanpa unsur paksaan. Apabila suatu hubungan pernikahan sudah sampai pada ranah tersebut maka baru dapat dikatakan cinta sejati. Harapan untuk mencapai ketentraman hidup bukan hanya sekedar isapan jempol belaka.
Dalam beberapa kasus terkadang tahapan suatu hubungan baru sampai pada tataran sayang dan kasih dimana pembebasan diri dari kepentingan diri dan hanya untuk cinta belum tercapai merupakan hubungan yang rawan. Dimana suatu saat dengan hanya disulut cemburu dan tidak percaya maka hubungan mereka dapat retak yang tak jarang berujung pada perceraian. Kadangkala tahapan gejolak rumah tangga adalah merupakan bumbu tersendiri bagi suatu hubungan dimana setiap pasangan pada umumnya mengalami tahapan tersebut akan tetapi pada intensitas, tingkat gejolak dan frequensi yang beragam. Dalam hal ini para pihak yang terlibat harus mempunyai pengendalian diri yang baik dan mampu menahan diri sehingga badai dan cobaan yang mencoba mengganggu bahtera rumah tangga mereka dapat dilalui. Jika masa kritis tersebut dapat dilalui maka kebahagiaan kehidupan rumah tangga sudah menunggu mereka.
Sesungguhnya masa kritis tersebut dapat dijelaskan sebagai tahapan pencarian pembebasan diri dari kepentingan diri yang bersifat egoistis untuk kepentingan bersama (berdua). Bayangkan saja dua insan yang hanya bermodalkan buaian kata suka, sayang dan kasih disatukan, padahal mereka datang dari latarbelakang keluarga yang berbeda. Dimana proses pembentukan karakter diri di masing-masing asal keluarga berbeda. Ibarat baut baru yang bertemu dengan mur yang baru maka akan terjadi proses penyesuaian.
Jika proses penyatuan dua pribadi tersebut dipandang sebagai suatu proses belajar maka psikologi pendidikan dapat menjelaskannya. Dari sudut psikologi pendidikan hal ini dapat dijelaskan bahwa pengalaman belajar masing-masing yang berbeda sehingga menghasilkan konsep pada struktur kognitif seseorang yang berbeda pula. Pada saat mereka bersama akan terjadi proses adaptasi. Dimana dalam proses adaptasi tersebut terjadi proses akomodasi dan asimilasi. Teori kognitif Peaget menyatakan ada tiga proses yang terjadi dalam interaksi belajar yaitu akomodasi, asimilasi dan equilebrium. Akomodasi adalah proses mengambil seluruhnya yang sesuai dengan konsep yang sudah ada. Asimilasi adalah proses penyesuaian dimana konsep lama dirubah sesuai dengan konsep baru yang diterima. Sedangkan equilebrium adalah proses akhir yang menyeimbangkan sehingga terjadi penyatuan


2. Persamaan Nasib
Urutan pernyataan sikap dari suka, sayang, kasih dan cinta dapt terjadi karna persamaan nasib. Bayangkan saja jika karna sesuatu yang bersifat extraordinary maka dua insan pria wanita terjebak di suatu pulau terpencil padahal mereka sebenarnya sudah memiliki pasangan. Benih cinta yang sebenarnya diawali oleh rasa suka dilanjutkan dengan sayang, kasih berakhir dengan cinta. Bagaimana dengan pasangan sebelumnya, tentu saja kita tidak dapat memvonis mereka tidak setia, pada kasus ini adalah seperti dinyatakan di atas adalah kasus yang bersifat extraordinary (kejadian luar biasa).
Persamaan nasib sebenarhya di awali dengan pergaulan biasa layaknya pertemanan. Proses panjang yang melibatkan mereka dalam interaksi keseharian mengakibatkan di antara mereka saling belajar tentang pribadi masing-masing. Setelah mereka saling memahami maka akan timbul rasa sayang yang tidak mereka sadari. Tahapan berlanjut ke tahapan kasih dimana satu sama lain akan berbagi suka maupun duka. Berikutnya adalah tahapan puncak aktualisasi dari suka, sayang dan kasih yaitu cinta.
3. Saling Membutuhkan dan Saling Melengkapi
Suatu situasi tertentu dimana dua insan yang menyadari keterbatasan masing-masing berusaha melengkapi kekurangan mereka dengan mencari pasangan. Suatu masalah yang mereka sadari bahwa mereka mempunyai kekurangan adalah bagaimana mencari keturunan. Dimana manusia sesuai kodratnya tidak dapat membuat keturunan hanya melibatkan satu individu. Pria sudah tentu membutuhkan wanita. Motif timbulnya perasaan suka dalam hal ini adalah semata-mata karna ingin memperoleh keturunan sehingga terjadilah rasa sayang yang diikuti oleh rasa kasih dan diakhiri oleh cinta.
Individu yang terlibat dalam proses ini biasanya yang memiliki karakter pendewasaan diri yang sudah cukup matang dimana mereka berdua merencanakan secara matang setiap langkah mulai dari penjajakan hinga proses perkawinan. Mereka menyadari bahwa mereka masing-masing memiliki kekurangan dan berusaha melengkapinya dengan kehadiran pasangan. Biasanya proses penyatuan menuju cinta sejati melalui proses yang flat dan minim gejolak.

4. Pemaksaan
Situasi tertentu yang memaksa satu pihak bersatu dengan orang lain karna unsur paksaaan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus kawin paksa dan perjodohan. Awal proses pengenalan akan terjadi penolakan baik secara nyata atau
tersembunyi di hati di antara dua insan yang terlibat. Jika proses ini berlangsung lama dan kondisi lingkungan yang mendukung maka proses pembelajaran sesuai teori psikologi pendidikan akan terjadi dan tahapan tahapan normal proses aktualisasi rasa suka, sayang, kasih dan cinta akan terjadi. Tetapi apabila proses tersebut pada suasana yang tidak mendukung seperti misalnya lingkungan yang kurang mendukung, tidak adanya kesadaran saling melengkapi antara dua insan, tidak adanya kemauan dan komitmen untuk meraih cinta dan tidak adanya insting dan naluri cinta maka kehambaran hubungan akan terjadi, sehingga kemungkinan mencapai rumahtangga yang tenteram, bahagia dan sejahtera akan sangat tipis.
A. Hubungan Cinta Kasih dan Sayang Antara Orang Tua dan Anak
Berbeda dengan hubungan antara pria wanita, rasa sayang antara anak dan orang tua tidak memerlukan rasa suka karna sejatinya aktualisasi suka sudah ada sejak bayi lahir. Demikian juga aktualisasi sayang, kasih dan cinta sudah ada semenjak si bayi lahir. Hal tersebut terjadi spontan berdasarkan naluri yang tidak dipelajari. Tidak juga tergantung pada situasi dan nasib tertentu . Secara umum hubungan cinta antara orang tua dan anak dalam prosesnya berlangsung sepihak yaitu si orang tua memberikan cintanya secara aktif dan si anak menerimanya secara pasif.
Yang membedakan antara cinta pria wanita dengan orang tua dan anak adalah motif dan tujuannya. Antara orang tua dan anak hubungan cinta bersifat tidak memiliki dan suatu saat mereka merelakan anak mereka dicintai orang lain berdasarkan cinta pria wanita. Sedangkan hubungan cinta pria wanita, bersifat memiliki dimana mereka adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dan tidak satupun phak ke tiga yang dapat mengklaim kepemilikan sah hubungan suami istri.


B. Hubungan Cinta dan Kasih Sayang Antara Manusia dan Tuhan (Cinta Agape)
Hubungan cinta dan kasih sayang antara manusia dan Tuhan sering diistilahkan dengan spiritualisme. Dimana spiritualisme adalah suatu paham pengkultusan kepada Sang Pencipta yang diaktualisasikan dengan pemujaan dalam berbagai bentuk sesuai dengan situasi kultural suatu sistem kemasyarakatan. Kecintaan kepada Tuhan adalah wujud dari rasa terimakasih yang kepadanya atas jasanya yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya.
Bentuk ungkapan terimakasih tersebut sangat beragam dari ungkapan yang bersifat primitif hingga logis dan cerdas. Masyarakat primitif yang sedang dalam pencarian akan keberadaan Tuhan mewujudkan keyakinan mereka dengan cara menyembah batu, pohon dan benda maupun tempat yag dianggap keramat lainnya. Sedangkan wujud masyarakat peralihan adalah dengan mewujudkan rasa terimakasih mereka dengan berdoa langsung kahadapannya dengan menggunakan berbagai sarana terbaik yang mereka miliki. Salah satu wujud cinta adalah pengorbanan, maka pengorbanan yang terbaiklah yang dilaksanakan untuk mengungkapkan terimakasih kita kehadapannya. Terdapat beberapa aliran yang sengaja bunuh diri lantaran ingin mengungkapkan rasa cinta mereka kehadapan Tuhan.
Dengan semakin berkembangnya zaman dan moderenitas tak dapat dihindari sementara wujud cinta kehadapan-Nya adalah mutlak dan absolut, maka wujud cintapun berubah menjadi lebih logis. Kenapa logis karna moderenitas tak terlepas dari unsur ilmiah dan logis. Memang sejatinya terdapat unsur cinta yang berupa insting yang kadang berada di luar nalar. Atau dikatakan cinta buta. Tapi dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini hanya sebagian kecil sekali yang membabi buta mengungkapkan cintanya kehadapan-Nya. Berhubungan dengan hal tersebut wujud terimakasih kehadapan-Nya bergeser dari pemujaan berlebihan ke arah kegiatan produktif yang mendukung pelestarian spesies manusia di muka bumi ini. Seperti kegiatan pendidikan, peduli lingkungan hidup, gerakan peduli sesama berupa kegiatan bakti sosial, belajar dengan tekun, bekerja untuk kesejahteraan keluarga, menjadi peminpin yang dicintai rakyatnya, melaksanakan proses pembangunan bangsa berkelanjutan, pembinaan aspek moral yang berkelanjutan, membina hubungan baik antar suku, golongan, agama dan negara, melakukan penelitian ilmiah pada berbagai disiplin ilmu, menerapkan teknologi tepat guna dalam mengeksplorasi alam baik di bumi maupun di ruang angkasa dengan tujuan agar spesies manusia tetap eksis di muka bumi ini.
C. Cinta dan Kasih Sayang Terhadap Masyarakat Bangsa dan Negara
Cinta dan kasih sayang juga diwujudkan dalam konteks bersaudara, bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini wujud suka, sayang dan kasih timbul akibat kepentingan. Beberapa orang bergabung membentuk komunitas , beberapa komunitas bergabung membentuk kumpulan masyarakat yang heterogen yang memiliki kepentingan yang sama melalui suatu keonsensus mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Demikian halnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Cita-cita mewujudkan tujuan bersama menjadikan paham kebangsaan menjadi suatu ideologi yang digunakan sebagai spirit kebangsaan. Dengan semangat, motivasi dan spirit kebangsaan maka segala proses menuju cita-cita masyarakat dan bangsa akan tercapai.
Oleh karna rasa cinta didasarkan oleh latar belakang kepentingan yang sama pada suatu kawasan yang tertentu maka rasa cinta bibatasi oleh kepentingannya tersebut. Oleh karna regenerasi tersebut berjalan terus sementara spirit kebangsaan terus diperlukan maka ungkapan rasa cinta bangsa harus senantiasa dibangkitkan melalui program pendidikan dan penyelenggaraan iven yang menyulut semangat kebangsaan dilaksanakan secara rutin. Misalnya pembelajaran mata pelajaran PPKn di sekolah, penyelenggaraan iven olah raga, pembelajaran mata pelajaran seni suara untuk melatih menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan kegiatan lainnya.
D. Peranan Cinta dan Kasih Sayang Dalam Budaya
Salah satu unsur pendukung perkembangan budaya adalah ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang. Dengan spirit cinta maka manusia dapat berkreativitas menciptakan sesuatu. Hasil ciptaannya adalah salah satu unsur yang sangat berguna bagi perkembangan budaya. Contohnya adalah karna cinta dengan istrinya Kaisar Mongolia mempersembahkan Taj Mahal kepada istrinya, demikian juga kisah Taman Gantung yang fenomenal di Timur Tengah adalah hadiah raja kepada istrinya.
Karena cinta seoarang pria membuatkan mainan dan mengerjakan sesuatu untuk kesenangan anak dan istrinya. Cinta kepada masyarakat dan negara para ahli menemukan dan menciptakan suatu penemuan dan karya yang bermanfaat untuk masyarakat, bangsa, negara dan bahkan masyarakat internasional.
Hasil karya tersebut adalah berperan sangat penting dalam perkembangan kebudayaan manusia secara keseluruhan. Dari masa dan dari zaman ke zaman atas nama cinta manusia tetap eksis dan berkarya di muka bumi ini. Bahkan atas nama cinta Tuhan dan kemanusiaan manusia sudah berkarya untuk mencari kemungkinan hidup di tempat lain di jagat raya ini, demi kontinyuitas eksistensi manusia. Karna bukan tidak mungkin kelak di bumi ini tidak lagi layak untuk di huni.